LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
“ PENETAPAN KADAR METAMPIRON “

OLEH :
NAMA : LIA ARDYTA
NIM : F1F1 10 059
KELOMPOK : V ( Lima )
ASISTEN : SRI HARYANTI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
A. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan yang dilakukan yaitu untuk menetapkan kadar metampiron ( antalgin ) secara iodimetri.
B. Landasan Teori
Tablet adalah sediann padat dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa zat tambahan ( Anief, 1999 ).
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antalgin merupakan derivate sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam air. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang ada kalanya fatal. Karena bahaya agranalusitosis, obat ini sudah banyak dilarang peredarannya dibanyak Negara, antara lain Amerika serikat, Swedia, Inggris, dan belanda ( Rahardja, 2007 ).
Metampiron adalah obat turunan pirazolon yang digunakan secara luas dalam pengobatan analgetika, antipiretika dan antirheumatik. Obat ini dalam air asam dan basa akan terurai menjadi senyawa N-metil-4-amino-antipirin. Pada pengobatan metampiron sering dikombinasikan dengan vitamin C dengan tujuan untuk mempercepat kesembuhan ( Puspa,… )
Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan kadar suatu obat, tergantung dari struktur kimia dan sifat kimia-fisikanya. Antalgin dapat ditentukan dengan cara titrimetri atau titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat – zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari system iodium-iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium ( Flower, dkk 1980 )
Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar maka analisis volumetric dibagi menjadi titrasi netralisasi ( asam-basa ) yang terdiri dari asidimetri dan alkalimetri. Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekuivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titik akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem.
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi yaitu suatu larutan pada penambahan indicator warna pada larutan yang diuji kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya. Jadi, apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Pada pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi asam – basa, biasanya cara umum yang sering digunakan adalah dengan menetesi larutan yang diuji yang sebelumnya telah diberi larutan indicator, apabila terjadi perubahan warna yang disebut titik akhir, maka penetesan larutan uji di hentikan ( Khopkar, 1990 )
Pada analisis titrimetri atau volumetric, untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indicator. Indicator umumnya adalah senyawa yang berwarna dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indicator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indicator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam basa ( Day et al, 1986)
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
- Buret 50 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Gelas ukur 50 ml
- Gelas piala
- Pipet tetes
- Statif dan klem
- Lumpang dan mortar
- Timbangan.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah ;
- Asam klorida encer
- Larutan iodium 0,1 N
- Air bebas CO2
- Larutan kanji 0,5 %
- Antalgin 400 mg
D. Prosedur Kerja

- di gerus hingga halus
- ditimbangan menggunakan timbangan analitik
- masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml
- tambahkan aquades 50 ml
- tambahkan HCl 5 ml
- gojog hingga homogen
- tambahkan larutan kanji 3 ml yang sudah dicampur dengan aquades 100 ml
- titrasi menggunakan penitar iodium 0,1 N
Hijau muda
Ø Keterangan : 1 ml iodium 0,1 N = 16,67 mg C13H16N3NaO4S.H2O
E. Hasil Pengamatan
0,4 gr = 400 mg
Ditambahkan larutan kanji 3 ml dan HCl 5 ml, setelah itu dititrasi dan akan menghasilkan warna hijau muda.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :


























CH3 CH3

F. Pembahasan
Titrasi iodimetri merupakan titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodine sebagai peniter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari system iodine-iodida dimana sebagai indicator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral dengan sedikit asam ( pH 5-8 ). Pada antalgin, gugus –SO3Na dioksida oleh I2 menjadi - SO4Na. Pada titrasi iodimetri ini, larutan iodine sebagai larutan titer, larutan iodine sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam Kalium Iodida pekat.
Pada percobaan yang telah kami lakukan dilakukan penetapan kadar metampiron ( antalgin ) secara iodimetri. Metode ini cukup akurat karena titik akhirnya jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan titer yang encer yaitu 0,001 N. Iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksinya lebih rendah dari system larutan iodium.
Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2 sempurna bereaksi dengan metampiron, jika titrasi yang kita lakukan cepat maka I2 tidak bereaksi sempurna dengan metampiron ( antalgin ) sehingga titik akhir lebih cepat tercapai dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indicator kanji yang akan memberikan warna biru pada saat tercapai titik akhir titrasi.
Namun pada percobaan yang telah kami lakukan terjadi kesalahan sehingga titk akhir titrasi tidak berjalan dengan sempurna. Obat antalgin digerus hingga halus dan homogen, setelah itu kita timbang dengan menggunakan timbangan analitik sebanyak 0,4 gr. Setelah ditimbang masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml, dan tambahkan aquades sebanyak 50 ml, HCl 5 ml, lakukan penggojogan hingga tercampur homogen. Setelah larutan tersebut homogen tambahkan larutan kanji 3 ml . setelah itu titrasi dengan menggunakan penitar iodium 0,1 N.
Seharusnya pada percobaan ini air bebas CO2 harus dipanaskan, sehingga kanjinya mudah larut. Karena pada praktikum ini kami kekurangan alat sehingga air tersebut tidak kami panaskan. Maka hasil yang kami dapatpun tidak akurat, yaitu kita dapatkan warna hijau muda pada titik akhir titrasi.
G. Kesimpulan
Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2 sempurna bereaksi dengan metampiron, jika titrasi yang kita lakukan cepat maka I2 tidak bereaksi sempurna dengan metampiron ( antalgin ) sehingga titik akhir lebih cepat tercapai dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indicator kanji yang akan memberikan warna biru pada saat tercapai titik akhir titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A., 1994, Analisis Kuantitatif Beberapa Senyawa Farmasi , Universitas Sumatra Utara Press, Medan, Hal 23 – 25
Anief, M., 1999, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada University Oress, Yogyakarta
Day Jr. A. and Underwood A.L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, terjemahan Pujaatmaka, Edisi V, Penerbit Erlangga, Jakarta
Khopkar S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, terjemahan Saptorahardjo, penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Sari, PW. … “ Efek pH lambung terhadap daya analgetik kombinasi metampiron dan Vitamin C pada mencit”. Hal ( 124-125 ).
Rahardjo, sentot budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen . Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Flower RJ., Moncada S & Vane JR. 1980. Analgetic Antipyretios and Inflaminatory Agent. Sixth edition. New York. 538 – 699.
I W. Suirta. “ SINTESIS SENYAWA orto-FENILAZO-2-NAFTOL SEBAGAI INDIKATOR DALAM TITRASI “ ISSN 1907-9850. Hal ( 27 )