Rabu, 06 April 2011

Asidi-Alkalimetri ( Ardyta )


A. Tujuan
            Tujuan percobaan ini adalah untuk menetapkan kadar asam borat dengan menambah pereaksi tertentu menaikkan keasamannya, sehingga dapat dititrasi dengan baku alkali.
B. Landasan Teori
            Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia seperti.
aA + tT produk, dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. (Khopkar, 1984)
            Berdasarkan atas hasil rekasi antara analit dengan larutan standar maka analisis volumetric dibagi menjadi titrasi netralisasi ( asam – basa ) yang terdiri dari alkalimetri dan asidimetri. Asidimetri merupakan titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisis dari asam lemah sedangkan Alkalimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa utuk menentukan asam. Titrasi yang dilakukan adalah untuk menentukan jumlah asam yang secara kimiawi adalah tepat equivalen. ( Anonim, 1979 ).
            Semua metode titrasi tergantung pada larutan standar yang mengandung sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan ketepatan yang tinggi. Metode volumetric diklasifikasikan menjjadi titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri ( Brady, 1999 )
            Dalam menguji larutan asam basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang saksama volume suatu asam basa yang tepat akan saling menetralkan. Reraksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrametri. Asidimetri dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu standar dan titrasi asam basah yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (Bassett, 1994).
            Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada titik tengahnya merupakan titik ekuivalen.
            Reaksi penetralan, atau asidimetri dan alkalimetri. Ini melibatkan titrasi basa bebas, atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas, atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatau basa standard (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion hydrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air ( Vogel, 1994 ).
C. Alat dan Bahan
1.      Alat
            Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
-          Buret 100 ml
-          Statif
-          Klem
-          Erlenmeyer 250 mL
-          Pipet tetes
-          Gelas kimia 250 mL
-          Gelas ukur 100 mL
2. Bahan
     Adapun bahan yang digunakan adalah :
-          Asam askorbat
-          Indikator fenolptalein
-          Aquades
-          Gliserol netral
-          NaOH 0,1 N
-           
D. Prosedur kerja


Asam Borat  2 %
 



*    Ditimbang 200 mg
*    Dilarutkan dengan 30 ml air
*    Ditambahkan 50 ml gliserol
*    Ditirasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan
*    indikator fenolftalein
*    diulangi hingga 3 kali

Merah jambu
E. Hasil Pengamatan
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Volume NaOH (ml)
1.
 Asam Borat 2 gr + 100 ml aquades+ fenolftalein 1 ml
Larutan berwarna merah muda setelah dititrasi
2 ml
2.
 Asam Borat 2 gr + 100 ml aquades+ fenolftalein 1 tetes + 5 ml gliserol
Larutan berwarna merah muda seelah dititrasi
5,8 ml

Perhitungan :

Perhitungan konsentrasi asam borat

a.     Molaritas Berdasarkan Hasil Penimbangan

Dik : m Asam Borat         = 0,2 gr
        Mr Asam Borat          = 32 gr/mol
        V Aquades                 = 100 ml = 0,1 L
Dit :                      M = …?
Peny:
                  
                  
                  
                  
                  
                  
b.    Molaritas Berdasarkan Hasil Titrasi
Dik : N NaOH     = 0,1 N
    V H3BO3     = 10 ml = 0,01 L
    V NaOH yang digunakan (perlakuan 1) = 2,4 ml = 0,0024 L
    V NaOH yang digunakan (perlakuan 2) = 5,8 ml = 0,0058 L
Dit :  M H3BO3 (perlakuan 1) = …?
     M H3BO3 (perlakuan 2) = …?
Peny :
                        NaOH → Na+  +  OH                        Jadi, a = 1
                       
                         
                       

Perlakuan 1
            M1 x Vtitran  =  M2 x Vtitrat
                M1 x 0,01 L  = 0,1 M  x 0,0024 L
            M1 =
M1 =
M1 = 0,024 M
Perlakuan 2
M1 x Vtitran  =  M2 x Vtitrat
                M1 x 0,01 L  = 0,1 M  x 0,0058 L
            M1 =
M1 =
M1 = 0,058 M
c.     Penetapan Kadar Asam Borat
1.      Pada penggunaan 2,4 mL NaOH

2.      Pada penggunaan 5,8 mL NaOH


F. Pembahasan
            Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar dengan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standar. Bersenyawanya ion hydrogen dan ion hidriksida untuk membentuk air merupaka akibat reaksi – reaksi tersebut.
            Proses penambahan larutan standar sampai tepat lengkap disebut titrasi. Titik (saat) dimana reaksi itu tepat lengkap disebut titik ekuivalen atau titik akhir titrasi. Lengkapnya titrasi lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang telah disalah lihat oleh mata. Yang hasilnya oleh larutan standar ( biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret ) itu sendiri, atau lebih lazim lagi oleh penembahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indicator.
            Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada titrasi alkalimetri yang digunakan adalah pada larutan titer yang bersifat asam yang telah ditambahkan indikator p.p dititrasi dengan titran yang bersifat basa, dimana akan terjadi reaksi antara sampel asam yaitu asam borat atau asam benzoat dengan titran basa yaitu NaOH membentuk larutan garam. Hal ini akan terus terjadi hingga larutan asam tepat telah habis bereaksi dengan NaOH dan disebut titik ekuivalen. Pada titik ekuivalen ini, belum terjadi perubahan warna tetapi kelebihan satu tetes saja larutan NaOH akan menyebabkan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang berasal dari reaksi antara kelebihan titran basa dengan indikator pp perubahan warna ini disebut titik akhir titrasi. Perubahan warna merah muda pada larutan disebabkan akibat adanya kelebihan NaOH pada larutan, sehingga larutan tersebut akan bersifat basa. Indikator fenolftalein akan berubah menjadi warna merah muda apabila dalam keadaan basa.
Pada percobaan ini di Pada percobaan Asam Borat, sebelum di mulai titrasi adalah berwarna bening kekuning-kuningan. Namun, setelah dititrasi dengan penambahan larutan NaOH sekitar 20 ml dengan konsentrasi 0,1 N maka larutan kemudian berubah menjadi warna Merah muda. Hal ini disebabkan oleh penambahan indicator fenolftalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Namun, Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya.




G. Kesimpulan
            Setelah dilakukan percobaan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Molaritas asam borat berdasarkan hasil penimbangan adalah  M.
2. Molaritas Berdasarkan Hasil Titrasi pada titrasi yang pertama adalah 0,024 M dan titrasi kedua adalah 0,058  M
































DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI, Jakarta
Brady, JE. 1999. Kimia Universitas asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa
Bassett, J, dkk., 1994, Vegel Kimia Analisis Kualitatif Anorganik Edisi 4, Penerbit            Buku Kedokteran, Jakarta.
Vogel`s. 1979. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis .             Fifth Edition. New York: Longman Group.

Day, J. A , and Underwood A. L ., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif,  Terjemahan Pujatmaka, Edisi V, Penerbit Erlangga, Jakarta.













LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
“ASIDIMETRI  – ALKALIMETRI “



O L E H  :

                             NAMA            : LIA ARDYTA
                NIM                 : F1F1 10 059
                KELOMPOK   : V ( Lima )
                ASISTEN        : LD ABDUL KADIR


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011

Pulveres ( Ardyta )


Resep Nomor   : II
Bentuk sediaan:Pulveres

A. Dasar Teori
            Pulveres merupakan suatu campuran yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang dibuat dalam bentuk terbagi – bagi, yang kering, halus dan homogen. Serbuk sering ditambahkan saccharum lactis, saccharum album sampai berat serbuk tiap bungkus menjadi 500 mg. Untuk serbuk terbagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam.
            Tujuan dibuat dalam bentuk pulveres agar di inginkan dosis tertentu, diinginkan beberapa macam obat pada suatu sediaan sesuai dengan kepentingan pengobatan, dan campuran obat lebih stabil dibandingkan larutan. Penting juga diperhatikan tak tercampurnya obat – obatan baik secara kimia, fisik, maupun farmakologis.
            Serbuk yang terbagi-bagi dapat dibagi-bagi secara visual tetapi sebanyak-banyaknya hanya 10 serbuk bersama-sama. Jadi serbuk itu dibagi dengan jalan menimbang dalam beberapa bagian, sebanyak-banyaknya dapat dibuat 10 serbuk. Penimbangan satu persatu diperlukan, jika pasien memperoleh lebih dari 80% dari takaran maksimum untuk sekali atau dalam 24 jam. Dalam hal ini seluruh takaran serbuk itu ditimbang satu persatu. Serbuk-serbuk dengan bobot 1 gram, penimbangannya dapat dilakukan pada timbangan biasa.

B. Resep                                                                                  

1.      Resep pada jurnal
R/  Aminofilin            mg 200
CTM                           mg 2
Extr. Belladon            mg 10
Lactosum                    q.s.
m.f.pulv.dtd.No.X
S.t.d.d.pI
Pro:Didik (15tahun)
2.    Resep yang lengkap


dr St. Arafah
SIP No. 228/K/84
Jl. Budi kemuliaan No.19
No. Telp.(0401)3121542
Kendari

                                                            28-02-2011

                   R/ Aminofilin        mg 200
                   CTM                           mg 2
                   Extr Belladon       mg 10
                   Lactosum               q.s.
                   m.f.pulv.dtd.No.X
                   S.t.d.d.pI
                  
         Pro:Didik

 
 


      

      






Keterangan :
No
Singkatan
Bahasa Latin
Arti
1.
R/
Recipe
Ambillah
2.
q.s.
quantum sufficit
Secukupnya
3.
m.f.pulv.dtd.no X
misce fuc pulveres da tales dosis numero X
campur dan buatlah dalam bentuk serbuk sesuai dengan takaran sebanyak 10 bungkus

4.
s.t.d.d.p.I

signa ter de die pulveres I
tandai 3 x sehari 1 bungkus

3. Uraian Bahan Resep
A.    Aminofilin
Nama resmi                  : Aminophyllinum
Sinonim                       : Teofilina Etilendiamina
Rumus Bangun           :
Rumus Moleku  l         : C16H24N10O4
Berat Molekul             : 420,43
Pemerian                      :butir/serbuk, putih atau agak kekuningan, bau                       lemah mirip amoniak, dan rasa pahit
Kelarutan                     :Larut dalm lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan             mungkin menjadi keruh; praktis tidak larut dalam       etanol (95%) P dalam eter P.
Penyimpanan               :Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Khasiat                         :Bronkodilator; antispasmodikum; diuretikum

B.     CTM
Nama resmi       :  Chlorpheniramini Maleas
Sinonim             : Klorfeniramina maleat atau 2-(p-kloro,α-(2-dimetilamino-                etil)-benzil)-piridina maleat

Rumus Bangun:
       

Rumus Molekul           : C16H19ClN2.C4H4O4
Berat Molekul             : 390,87
Pemerian                     : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, dan rasa pahit
Kelarutan                    : Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol                                         (95%)                         P dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut                                  dalam eter P.
Penyimpanan               :Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat                        :Antihistaminikum

C.     Extr. Belladon
Nama resmi                  : Belladonnae Extractum
Sinonim                       : Ekstrak Beladon
Rumus Molekul           : C12H23NO3
Berat Molekul             :
Pemerian                     : Massa kental; cokelat tua     
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat                        : Parasimpatolitikum

D.    Lactosum
Nama resmi                  : Laktosa
Sinonim                       : Saccharum lactis
Rumus Bangun           :

Rumus Molekul           :  C12H22O11.H2O
Berat Molekul             : 36,30
Pemerian                     : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan                     : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air                                          mendidih; Sukar larut dalam etanol (95%)P; praktis                                 tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat                        : Zat tambahan

4. Perhitungan dan Penimbangan
P.B. : -> Aminofilin = 200 mg x 10 = 2000 mg
          -> CTM = 2 mg x 10 = 20 mg
          -> Extr. Belladon = 10 mg x 10 = 100 mg
P.D. :
   Aminofilin,
 x
1xp = 1 x 200 mg = 200 mg < 375 mg
1H = 3 x 200 mg = 600 mg < 1125 mg
Persentase :
1xp =  53,3% < 100%
1H =  53,3% < 100%
   CTM, DM= 1 hari 40 mg
 x 40 mg = 30 mg
1xp = tidak ada
1H = 3 x 2 mg = 6 mg < 30 mg
Persentase :
1xp = Tidak ada
1H =  50% < 100%

    Belladon,

 x

1xp = 1 x 10 mg = 10 mg < 15 mg
1H = 3 x 10 mg = 30 mg < 60 mg

Persentase :
1xp =  66,6% < 100%
1H =  50% < 100%

5. Cara Kerja
1.       Timbang bahan satu per satu
2.       Gerus Aminofilin dalam lumpang sampai halus
3.      Tambahkan CTM dalam lumpang dan gerus sampai halus
4.      Tambahkan Ekstrak Belladon dalam lumpang dan gerus sampai halus
5.      Siapkan kertas perkamen sebanyak 10 bungkus kemudian bagi bahan sama rata
6.      Siapkan etiket dan masukkan obat
6. Etiket Sediaan


 









7. Khasiat Obat
            Khasiat  Obat tersebut adalah untuk menyembuhkan penyakit asma yang disebabkan oleh alergi, dan komplikasi dengan sakit perut.
C. PEMBAHASAN
Menurut Farmakope III pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk terbagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapis lagi dengan kertas logam.
Pada percobaan yang dilakukan, bahan yang disediakan yaitu CTM, aminofilin, extra belladon dan lactosum. Peracikan obat ini kita sesuaikan dengan bahan yang ada, karena keterbatasan alat dilaboratorium. Sebagaimana seharusnya masing – masing bahan ditimbang agar diketahui berapa kadar bahan yang digerus. Tapi karena tidak adanya anak timbangan, maka kami sesuaikan saja dengan bahan yang ada. Pada bahan jadi, aminofilin dan CTM yang disediakan  kami gerus dalam lumping, setelah itu ditambahkan laktosa sebagai zat tambahan dalam obat tersebut. Kemudian semuanya digerus hingga homogen. Setelah itu, kami menyediakan kertas perkamen. Sesuai dengan permintaan resep, serbuk tersebut dibagi dalam 10 bungkus.
Ekstrak kental dalam dalam pulveres adalah ekstrak belladon yaitu obat yang bermassa lembek, dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dan diserbukkan dengan zat tambahan yang cocok. Pada percobaan ini tidak digunakan bahan extrak belladon, karena bahan tersebut dilarutkan dalam lumpang panas. Seperti yang telah dipaparkan tadi alat dilaboratorium belum optimal demi tercapainya tujuan yang di inginkan.
Berdasarkan dosis yang terdapat dalam resep tersebut, resep ini ditujukan buat anak – anak yang berusia 7 sampai 12 tahun. Karena anak – anak sukar menelan obat dalam bentuk tablet maupun kapsul.
Tujuan kombinasi dari resep ini ialah untuk menyembuhkan penyakit ashma yang disebabkan oleh adanya gangguan pada saluran pernafasan dengan menambahkan CTM sebagai antihistamin.













DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.

Ansel, H.C. 1989.Pengantar Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Penerbit
Universitas Indonesia: Jaakarta.

Chaeunisaa, anis yohana, dkk.Farmasetika Dasar. Widya.

Voigt, R.1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978.Formularium
Nasional, Edisi II: Jakarta.

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI.

























PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERCOBAAN II
PULVERES
NAMA                          : LIA ARDYTA
        STAMBUK                 : F1F1 10 059
KELOMPOK             : IV
KELAS                        : A
DOSEN PEMBIMBING : WAHYUNI, S.Si Apt

LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
2011